Kiat Menuju Haji Mabrur dan Syarat Meraihnya

Kiat Menuju Haji Mabrur dan Syarat Meraihnya

Haji Mabrur adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk pada pelaksanaan ibadah haji yang diterima dan diterima oleh Allah SWT. Istilah “mabrur” berasal dari bahasa Arab yang artinya “diterima dengan baik” atau “diterima dengan penuh keberkahan”. 

Haji Mabrur mengacu pada haji yang dilakukan dengan niat yang ikhlas, diikuti dengan ketaatan dan kesungguhan dalam menjalankan seluruh kegiatan haji sesuai dengan syariat Islam. Selain itu, haji tersebut juga harus bebas dari perbuatan dosa dan perilaku yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Haji Mabrur merupakan haji yang diterima oleh Allah SWT, dan diyakini akan mendatangkan banyak keberkahan dan ampunan bagi pelaksana haji. Seorang muslim yang telah melaksanakan haji mabrur diharapkan akan diampuni dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang besar.

Baca juga: Pentingnya Manasik Bagi Jamaah Umroh dan Haji

Seseorang yang hajinya mabrur maka akan dibalas dengan surga. Seperti sabda Rasulullah: 

 الْحَجَّةُ الْمَبْرُورَةُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ 

Artinya: Tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga. (HR An-Nasa’i)

Namun, penilaian terhadap apakah haji seseorang dikategorikan sebagai haji mabrur sepenuhnya ada pada Allah SWT. Hanya Dia yang tahu hati dan niat sejati seseorang dalam menjalankan ibadah haji. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim yang melaksanakan haji untuk berupaya menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan mengikuti syariat islam dengan sebaik-baiknya.

Syarat-Syarat Untuk Meraih Haji Mabrur

1# Luruskan Niat

Hal yang pertama yang menjadi syarat haji mabrur adalah niat. Jamaah harus meluruskan niat dengan benar-benar menunaikan ibadah haji karena Allah semata. Perintah untuk menunaikan haji memang semata dikerjakan karena perintah Allah SWT, tanpa ada niatan lainya. Jangan pernah berfikir menunaikan haji hanya karena ingin dipuji, menaikan status sosial apa lagi pamer kesalehan.

2# Lebih mendalami arti dari haji (mulai dari rukun dan wajib haji)

Seorang jamaah haji perlu untuk memahami tentang filosofi haji dari mulai rukun, wajib haji dan yang berkaitan dengan haji. Serta jamaah juga paham dengan doa-doa dalam haji. Seperti jamaah memahami filosofi sa’i yang diadopsi dari moment siti hajar ketika mencari air untuk Nabi Ismail AS. Semua itu bertujuan agar lebih menghayati dan khusyu’ dalam melaksanakan setiap tahapan ibadah haji. 

Baca juga: Perlengkapan Umroh Untuk Laki-Laki yang Harus Disiapkan

3# Menuju menjadi yang lebih baik

Haji mabrur merupakan haji yang tidak tercampur dengan kemaksiatan. Dilihat dari kata Al-Mabrur yang diambil dari kata al-birr, memiliki arti ketaatan. Jadi haji mabrur adalah haji yang dikerjakan dengan penuh ketaatan serta tidak melakukan dosa.

Setelah melaksanakan haji, seorang muslim berusaha menjadi pribadi yang baik, tidak lagi melakukan dosa-dosa yang pernah dilakukan dahulu, menghindari semua larangan dan lebih taat dalam menjalan perintah Allah. 

Meskipun langkah-langkah ini dapat membantu dalam mencapai haji mabrur, pada akhirnya hanya Allah SWT yang menentukan penerimaan haji. Yang terpenting adalah melakukan haji dengan niat yang ikhlas, mengikuti tata cara yang benar, dan terus berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkan haji yang diterima dan berkah.

Jika jamaah memiliki rencana untuk pergi umroh, pilihlah travel yang terpercaya dan memiliki track record yang sudah terjamin. Almira Travel hadir untuk muslim Indonesia sebagai travel umroh dan haji terbaik, terpercaya, aman dan amanah. Travel kami telah lama melayani jamaah untuk menemani ibadah suci mereka.

Pentingnya Manasik Bagi Jamaah Umroh dan Haji

Pentingnya Manasik Bagi Jamaah Umroh dan Haji

Bagi para calon jamaah yang berencana melaksanakan ibadah Umrah dan Haji, pemahaman yang baik tentang manasik Umrah dan haji sangat penting. Manasik Umrah dan haji merujuk pada langkah-langkah dan tata cara pelaksanaan ibadah Umrah yang harus diikuti dengan seksama.

Para calon jamaah yang bersemangat untuk menunaikan ibadah Haji dan Umroh. Sebelum memulai perjalanan suci menuju tanah suci, penting bagi setiap calon jamaah untuk memahami manasik secara mendalam. Manasik Haji dan Umroh, seperti rukun yang harus dikerjakan waktu haji dan lainya. Dalam artikel ini, menjelaskan mengapa pemahaman yang baik tentang manasik sangat penting bagi para calon jamaah.

Baca juga: Perlengkapan Umroh Untuk Laki-Laki yang Harus Disiapkan

Pengertian Manasik Haji dan Umroh

Manasik Haji dan Umroh merujuk pada serangkaian langkah-langkah, tata cara, dan panduan pelaksanaan ibadah Haji dan Umroh. Ini termasuk semua prosedur, ritual, dan peraturan yang harus diikuti oleh calon jamaah selama perjalanan mereka ke tanah suci Makkah dan Madinah untuk menjalankan ibadah.

Manasik Haji dan Umroh mencakup berbagai aspek ibadah, termasuk persiapan sebelum berangkat, tata cara melakukan thawaf di sekitar Ka’bah, sa’i antara bukit Safa dan Marwah, wukuf di Padang Arafah, lempar jumrah, dan berbagai ritual lainnya. Setiap langkah dalam manasik memiliki perincian dan aturan yang harus diikuti dengan seksama sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Manasik berfungsi sebagai panduan praktis bagi para calon jamaah agar mereka dapat melaksanakan ibadah Haji dengan benar, sesuai dengan tuntunan agama dan dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Ini membantu para calon jamaah untuk memahami makna dan tujuan di balik setiap ritual, menghargai setiap momen ibadah, dan mendapatkan manfaat spiritual yang mendalam dari ibadah Haji.

Keuntungan Mengikuti Manasik Haji bagi Para Jamaah

Mengikuti manasik Haji memiliki berbagai keuntungan yang penting bagi para jamaah. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan mengikuti manasik Haji:

Pemahaman yang Mendalam Terhadap Rangkaian Ibadah Haji dan Umroh

Manasik Haji memberikan pemahaman yang mendalam tentang setiap tahap dan ritual ibadah Haji dan Umroh. Para jamaah akan mempelajari makna, tujuan, dan tata cara pelaksanaan setiap ibadah dengan detail. Pemahaman ini membantu para jamaah mengerti mengapa mereka melaksanakan ibadah tersebut dan bagaimana menjalankannya dengan benar. Dengan pemahaman yang baik, ibadah akan menjadi lebih bermakna dan berkesan.

Baca juga: Lempar Jumrah Dan Waktu Pelaksanaanya

Persiapan yang Optimal

Manasik membantu para jamaah untuk melakukan persiapan yang optimal sebelum berangkat ke tanah suci. Mereka akan mempelajari tentang persiapan fisik, seperti pakaian ihram yang tepat dan perbekalan yang dibutuhkan. Selain itu, manasik Haji juga memberikan informasi tentang persiapan mental, seperti meningkatkan kesabaran, keikhlasan, dan rasa tanggung jawab. Persiapan yang baik memastikan para jamaah siap secara fisik dan mental untuk menghadapi perjalanan ibadah yang penuh berkah.

Menghindari Kesalahan dan Pelanggaran

Manasik memberikan pemahaman tentang larangan dan aturan-aturan yang harus diikuti selama ibadah Haji dan Umroh. Para jamaah akan belajar tentang hal-hal yang harus dihindari dan tindakan yang dapat membatalkan ibadah. Dengan pengetahuan ini, para jamaah dapat menghindari kesalahan dan pelanggaran yang dapat mempengaruhi sah dan tidaknya ibadah mereka.

Memperdalam Makna

Manasik membantu para jamaah untuk memperdalam makna setiap ritual ibadah. Mereka akan belajar tentang nilai-nilai seperti kesederhanaan, kesabaran, dan persatuan umat Muslim. Melalui pemahaman ini, para jamaah dapat menghayati setiap momen ibadah dengan lebih mendalam dan merasakan kehadiran Allah SWT secara lebih intens. Hal ini membantu menciptakan pengalaman Haji yang berkesan dan memperkaya kehidupan spiritual para jamaah.

Baca juga: Pengertian Wukuf dan Pelaksanaanya

Mengikuti manasik memiliki banyak keuntungan yang membantu calon jamaah untuk mempersiapkan diri dengan baik, menjalankan ibadah Haji dan Umroh dengan benar sesuai ketentuan agama. Penting bagi calon jamaah untuk mempelajari manasik Haji secara cermat dan mendalam guna memastikan ibadah yang akan dikerjakan bisa sah dan lebih khusyuk. .

Lempar Jumrah Dan Waktu Pelaksanaanya

Lempar Jumrah Dan Waktu Pelaksanaanya

Lempar jumrah – Dalam ibadah haji, salah satu rangkaian haji yang paling mencolok dan penting adalah lempar Jumroh. Ritual ini dilakukan dengan melempar batu ke tiga tiang. Meskipun terlihat sebagai tindakan fisik sederhana, lempar Jumroh memiliki makna simbolis yang dalam  ibadah haji.

Lempar Jumrah dilakukan sebagai tindakan simbolis mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS ketika dia menolak godaan setan dalam ujian yang diberikan kepadanya oleh Allah. Ritual ini mengingatkan jamaah haji akan keberanian dan keteguhan iman Nabi Ibrahim AS dalam menghadapi cobaan dan menolak godaan.

Baca juga: Berikut Rukun Haji yang Wajib Dikerjakan

Lempar Jumrah Adalah

Lempar Jumrah adalah melempar kerikil ke arah jumrah Sugra, Wustha dan Kubra dengan niatan untuk mengenai pilar marmer. Seperti hadits Rasulullah dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma saat menceritakan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,

عن ابن عباس رضي الله عنهما رفعه إلى النبي ‘ قال :” لما أتى إبراهيم خليل الله المناسك عرض له الشيطان عند جمرة العقبة فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ، ثم عرض له عند الجمرة الثانية فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ، ثم عرض له عند الجمرة الثالثة فرماه بسبع حصيات حتى ساخ في الأرض ” قال ابن عباس : الشيطان ترجمون ، وملة أبيكم إبراهيم تتبعون

Dari Ibnu Abbas radhiyallallahu’anhuma, beliau menisbatkan pernyataan ini kepada Nabi, “Ketika Ibrahim kekasih Allah melakukan ibadah haji, tiba-tiba Iblis menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah’Aqobah. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga iblis itupun masuk ke tanah . Iblis itu menampakkan dirinya kembali di jumrah yang kedua. Lalu Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil, hingga iblis itupun masuk ke tanah. Kemudian Iblis menampakkan dirinya kembali di jumrah ketiga. Lalu Ibrahim pun melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga iblis itu masuk ke tanah“.

Ibnu Abbas kemudian mengatakan,

الشيطان ترجمون ، وملة أبيكم إبراهيم تتبعون

“Kalian merajam setan, bersamaan dengan itu (dengan melempar jumrah) kalian mengikuti agama ayah kalian Ibrahim“.

Hukum Melempar Jumrah

Mayoritas ulama telah setuju tentang hukum melempar jumrah adalah wajib haji, dan bukan termasuk rukun haji. Jadi ketika jamaah meninggalkan wajib haji satu ini maka dikenakan denda atau harus membayar dam.

Baca juga: 8 Tips agar Tidak Tersesat selama Haji

Waktu Melempar Jumrah

Waktu Melempar Jumrah dimulai dari tanggal 10 Dzulhijjah hingga hari tasyrik (11,12 dan 13 Dzulhijjah) pada tanggal 10 Dzulhijjah dapat dilakukan sejak tengah malam, namun lebih baiknya dikerjakan setelah Matahari terbit. Serta jika melihat terlalu padatnya jamaah haji yang ingin melakukan, bisa dikerjakan pada waktu siang hari.

Sedangkan pada hari tasyrik (11,12 dan 13 Dzulhijjah) jamaah bisa memulai lembar jumrah setelah tergelincirnya Matahari. Ada beberapa ulama dari kalangan Mazhab Syafi’i seperti Imam Rafi’i dan Imam Isnawi, memperbolehkan melakukan lempar jumrah sejak terbitnya fajar ( namun sebagian ulama menganggap pendapat ini lemah).

Pada dasarnya pemerintahan Arab Saudi telah memberikan jadwal untuk jamaah haji setiap negara untuk melakukan lempar jumrah. Mengingat begitu padatnya jamaah haji, untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kenyamanan bersama.

Pengertian Wukuf dan Pelaksanaanya

Pengertian Wukuf dan Pelaksanaanya

Wukuf adalah salah satu ritual penting dalam ibadah haji, yang dilakukan oleh jamaah haji di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dalam bulan haji. Ritual wukuf ini merupakan bagian terpenting dalam rangkaian ibadah haji, dan dianggap sebagai puncak ibadah haji.

Seperti hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Ad-Dailami berikut ini.

 عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْمَرَ قَالَ شَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَاهُ نَاسٌ فَسَأَلُوهُ عَنْ الْحَجِّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَجُّ عَرَفَةُ فَمَنْ أَدْرَكَ لَيْلَةَ عَرَفَةَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ مِنْ لَيْلَةِ جَمْعٍ فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ رواهأحمد وأبو داود والترمذى والنسائى وابن ماجه والحاكم والبيهقى والديلمى 

Artinya, “Dari sahabat Abdurrahman bin Ya’mar ra, aku menyaksikan Rasulullah saw didatangi para sahabat. Mereka bertanya kepada perihal haji. Rasulullah saw menjawab, ‘Haji itu Arafah. Siapa saja yang mendapati malam Arafah sebelum terbit fajar malam Muzdalifah (malam Idul Adha), maka sempurnalah hajinya,'” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Ad-Dailami).

Baca juga: Makna Haji Mabrur yang Sesungguhnya

Pengertian Wukuf di Arafah

Kata wukuf berarti berhenti. Secara istilah berdiam atau berhenti di Arafah dalam keadaan berihram walaupun sebentar, diantara tergelincirnya matahari pada hari arafah 9 Dzulhijja sampai terbitnya matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah (hari nahar).

Wukuf merupakan salah satu dari rukun haji, jadi jamaah harus mengerjakannya jika ditinggalkan maka hajinya tidak sah. Pelaksanaan wukuf, jamaah haji berkumpul di Padang Arafah, sebuah dataran luas yang terletak di tenggara Masjidil Haram. 

Selama waktu wukuf, jamaah haji berdiri di tempat yang dipilih di Padang Arafah dan melakukan berbagai amalan, seperti berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, bersholawat dan merenungkan makna haji.

Wukuf di Padang Arafah memiliki makna simbolis yang dalam dalam ibadah haji. Padang Arafah dianggap sebagai tempat di mana Adam dan Hawa dipertemukan setelah diusir dari surga. Selama wukuf, jamaah haji berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, memohon ampunan, dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

Wukuf di Padang Arafah memiliki keutamaan khusus. Rasulullah SAW bersabda bahwa wukuf di Arafah adalah “haji” dan merupakan puncak ibadah haji. Dalam waktu dan tempat tersebut, jamaah haji berharap agar dosa-dosa mereka diampuni, keinginan mereka dikabulkan, dan mereka diberkahi dengan ketakwaan dan keberkahan. Wukuf dianggap sebagai momen yang sangat berharga dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pelaksanaan Wukuf

Wukuf dilaksanakan setelah khutbah wukuf dan shalat jamak qashar taqdim Dzuhur dan Ashar. Jamaah yang sedang mengerjakan wukuf harus dalam keadaan tenang, khusyu’ dan tawadhu’ kepada Allah. 

Selama pelaksanaan wukuf jamaah bisa memperbanyak membaca dzikir, shalawat, istighfar dan doa yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Wukuf bisa dikerjakan sendiri maupun berjamaah. 

Tidak disyaratkan untuk melaksanakan wukuf harus suci dari hadats kecil dan besar, jadi perempuan haid atau nifas dapat ikut serta untuk melaksanakan wukuf

Berikut Larangan Ibadah Haji yang Wajib Dipatuhi

Berikut Larangan Ibadah Haji yang Wajib Dipatuhi

Larangan ibadah haji – Setiap ibadah pasti memiliki larangan yang harus dihindari, begitu pula ibadah haji juga memiliki larangan yang harus dihindari. Sedangkan haji dan umroh memiliki kesamaan dalam larangan-larangannya.

Seperti yang diketahui bahwa rukun pertama dari haji adalah ihram, secara bahasa ihram artinya “pengharaman” yang dapat dimaknai dengan diharamkan terhadap sesuatu. Sedangkan rukun yang terakhir adalah Tahalul yang artinya “Penghalalan”

Ketika jamaah melakukan niat ihram di tempat miqat, maka hal-hal yang dilarang harus dihindari. Hal ini juga ada di ibadah lainya seperti sholat, di luar sholat boleh berbicara dan larangan sholat lainya, namun ketika telah membaca takbiratul ihram otomatis berbicara menjadi haram dan menjadikan shalat seseorang tidak sah, menjadi halal ketika telah mengucapkan salam.

Berikut larangan yang harus dihindari ketika melaksanakan ibadah haji:

Larangan Ibadah Haji

Laki-laki dan perempuan memiliki larangan yang berbeda, contohnya wanita boleh menggunakan pakaian berjahit sedangkan laki-laki tidak diperbolehkan, berikut larangan haji yang digolongkan dengan jenis kelamin:

Larangan haji bagi perempuan

  • Menggunakan Sarung Tangan
  • Menutup Wajah/muka

Larangan haji bagi laki laki

  • Memakai Alas Kaki yang Tertutup Hingga Mata Kaki
  • Mengenakan Pakaian Berjahit
  • Menutupi Kepala

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ada seseorang yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ مِنَ الثِّيَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ يَلْبَسُ الْقُمُصَ وَلاَ الْعَمَائِمَ وَلاَ السَّرَاوِيلاَتِ وَلاَ الْبَرَانِسَ وَلاَ الْخِفَافَ ، إِلاَّ أَحَدٌ لاَ يَجِدُ نَعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ خُفَّيْنِ ، وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ ، وَلاَ تَلْبَسُوا مِنَ الثِّيَابِ شَيْئًا مَسَّهُ الزَّعْفَرَانُ أَوْ وَرْسٌ »

“Wahai Rasulullah, bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan oleh orang yang sedang berihram (haji atau umrah, -pen)?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengenakan kemeja, sorban, celana panjang kopiah dan sepatu, kecuali bagi yang tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh mengenakan sepatu. Hendaknya dia potong sepatunya tersebut hingga di bawah kedua mata kakinya. Hendaknya dia tidak memakai pakaian yang diberi za’faran dan wars (sejenis wewangian, -pen).” (HR. Bukhari no. 1542)

Baca juga: Jenis-jenis Tawaf, Muslim Wajib Tahu

Larangan haji bagi laki laki dan perempuan

Selain larangan yang khusus, berikut larangan yang harus di jauh baik itu laki-laki ataupun perempuan:

  • Mencukur atau Mencabut Rambut di Badan
  • Menggunakan Parfum atau Wangi-wangian
  • Bermesraan/Bercumbu rayu dan Berhubungan Suami Istri
  • Menggunting Kuku jari
  • Membunuh binatang buruan atau menyakitinya, kecuali binatang yang membahayakan
  • Merusak Tanaman
  • Melamar, Menikah atau Menikahkan

Meskipun dalam keadaan halal ada larangan haji yang tetap harus dipatuhi seperti: mengganggu binatang buruan, memotong, memetik tumbuhan yang ditanam orang lain. Mengambil barang temuan tanpa ada niatan untuk mengumumkan agar diambil lagi oleh pemilik barang.

Larangan haji yang harus dipatuhi akan menjadi halal setelah melaksanakan tahallul. Tahallul yang artiya penghalalan suatu pekerjaan yang awalnya dilarang menjadi halal. Tahallul terbagi menjadi 2, tahallul ashghar (kecil) dan tahallul akbar (besar).

Tahallul ashghar atau kecil bila jamaah telah melaksanakan dua perkara dari tiga perkara yaitu, mencukur rambut paling sedikit 3 helai, melempar jumrah aqabah dan tawaf ifadhah. Jika telah melaksanakan tahallul ashghar jamaah diperbolehkan melakukan sebagian hal-hal yang dilarang seperti menggunakan parfum atau wangi-wangian, memakai pakain berjahit dan lainya kecuali melakukan hubungan suami istri.

Selanjutnya Tahallul akbar atau besar, bila jamaah telah melaksanakan tahallul akbar maka diperbolehkan mengerjakan semua yang larangan haji.

Jenis-jenis Tawaf, Muslim Wajib Tahu

Jenis-jenis Tawaf, Muslim Wajib Tahu

Tawaf adalah mengelilingi ka’bah tujuh kali, dimulai dan diakhiri di Hajar aswad, serta memposisikan ka’bah di sebelah kiri saat bertawaf.

Dianjurkan untuk mengusap Hajar Aswad, jika tidak bisa maka jama’ah dapat memberikan isyarat berupa melambaikan tangan, serta disunnahkan sholat sunnah 2 rakaat setelah melakukan thawaf. Perintah untuk melakukan tawaf termaktub dalam AL-Qur’an:

ثُمَّ لْيَقْضُوْا تَفَثَهُمْ وَلْيُوْفُوْا نُذُوْرَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

Artinya: “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada di badan mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan tawaf di sekeliling al-Bait al-‘Atīq (Baitullah).”

Jenis Jenis Tawaf 

Dalam Tuntunan Manasik Haji Dan Umroh dari Kemenag menjelaskan bahwa ada lima jenis tawaf. Yang pertama ada tawaf rukun atau yang biasa disebut tawaf ifadah, tawaf ifadah adalah tawaf rukun haji dan juga disebut tawaf rukun umrah. 

Yang kedua Tawaf qudum atau tawaf penghormatan kepada Baitullah, yang biasanya dikerjakan ketika baru sampai tiba di kota Mekkah, hukum tawaf qudum adalah sunnah. Biasanya tawaf ini dikerjakan haji ifrad dan haji qiran.

Yang ketiga ada tawaf wada’ atau tawaf perpisahan, yakni tawaf yang dikerjakan ketika jamaah ingin meninggalkan kota Mekkah. Yang keempat tawaf nazar, wajib dikerjakan dan waktunya kapan saja. Dan yang terakhir tawaf sunnah.

1# Tawaf Rukun

Karena termasuk dalam rukun haji dan umroh, maka tawaf tidak boleh ditinggalkan untuk jamaah yang sedang melaksanakan haji dan umroh. 

Tawaf rukun terbagi menjadi dua, ada tawaf rukun ibadah haji atau biasanya disebut tawaf ifadah atau tawaf ziarah dan ada tawaf rukun ibadah umroh. Jadi tawaf ifadah wajib dikerjakan karenakan termasuk dari rukun ibadah Haji. 

Waktu yang utama mengerjakan tawaf ifadah adalah pada tanggal 10 Dzulhijjah lebih tepatnya setelah tengah malam 10 Dzulhijjah atau sesudah keluar matahari 10 Dzulhijjah atau sesudah terbit fajar di tanggal 10 Dzulhijjah. Tawaf ifadah dikerjakan ketika sesudah melempar jumrah aqabah. 

Sedangkan untuk batas akhir pelaksanaan tawaf ifadah tidak ada batas, namun lebih baik dikerjakan sebelum hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

Baca Juga: Mengenal Tawaf Ifadah Dalam Ibadah Haji

2# Tawaf Sunnah

Tawaf sunnah adalah tawaf yang dikerjakan dalam setiap kesempatan masuk ke Masjidil Haram dan tidak diikuti dengan sa’i. Karena dikerjakan dengan sukarela tawaf ini biasanya disebut tawaf tathawwu atau sukarela.

Tawaf sunnah tidak wajib dikerjakan karena bukan termasuk dalam rukun haji dan umroh, tapi tetap untuk dianjurkan dikerjakan. 

Sedangkan tawaf yang wajib dikerjakan ada 4 macam, tawaf qudum, tawaf nadzar, tawaf ifadah, dan tawaf wada, dan beberapa ulama berpendapat bahwa tawaf wada sunnah untuk dikerjakan. Selain keempat tawaf tersebut dihukumi sunnah.

Tidak ada batasan waktu untuk pelaksanaan dalam tawaf sunnah, jamaah bisa mengerjakan tawaf ini kapan saja setiap ada kesempatan.

Baca juga: Penjelasan Tawaf Sunnah Dalam Haji Dan Umroh

3# Tawaf Qudum Adalah

Tawaf qudum atau tawaf penghormatan kepada Baitullah, yang biasanya dikerjakan ketika baru sampai tiba di kota Mekkah, hukum tawaf qudum adalah sunnah. Biasanya tawaf ini dikerjakan haji ifrad dan haji qiran.

Pada umumnya tawaf qudum dikerjakan pada hari pertama saat jamaah baru datang di kota Makkah. Tujuan dari tawaf qudum ini untuk penghormatan seorang muslim terhadap Baitullah karena baru tiba di kota Makkah.

Hukum mengerjakan tawaf qudum adalah sunnah. Tawaf qudum bukan termasuk dalam rukun umroh dan haji jadi mengerjakanya tidak wajib. 

Tawaf qudum ini biasanya dikerjakan oleh jamaah yang sedang melakukan haji ifrad dan haji qiran. Yang dimaksud haji ifrad adalah seseorang hanya melakukan haji saja tanpa melakukan umroh, sedangkan haji qiran ialah seseorang melakukan haji bersamaan dengan ibadah umroh, melakukan dengan sekali niat.

Baca juga: Apa Itu Tawaf Qudum ? Berikut Penjelasanya

4# Tawaf Nazar

Tawaf nazar wajib dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan, sesuai dengan namanya tawaf ini karena amalan yang dinazarkan. Sedangkan untuk waktunya bisa kapan saja tidak dibatasi waktu. 

5# Tawaf Wada’

Secara bahasa wada’ memiliki arti perpisahan. Tawaf wada’ adalah tawaf perpisahan dan sebagai penghormatan terakhir kepada Baitullah, tawaf wada’ dikerjakan sebagai bentuk perpisahan dengan Baitullah dan juga Mekkah.

Selain itu mengerjakan tawaf wada’ juga bentuk syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan nikmat atas semua rangkaian ibadah yang sudah diselesaikan. Serta dalam tawaf wada’ juga tempat untuk berdoa agar diberikan keselamatan ketika perjalanan pulang.

Syarat Sah Tawaf Qudum

Untuk melaksanakan tawaf jamaah harus memenuhi syarat sah tawaf, jika ditinggalkan maka tawaf jamaah akan dihukumi tidak sah, berikut syarat sah tawaf:

  • Suci dari hadats kecil dan besar dan najis;
  • Menutup aurat;
  • Tawaf dikerjakan harus di dalam Masjidil Haram, juga termasuk di lantai dua, tiga, atau empat, meskipun saat melakukan melebihi ketinggian dari ka’bah.
  • Tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula.
  • Posisi Ka’bah harus berada di sebelah kiri.
  • Waktu mengelilingi harus di luar Ka’bah, di luar Hijir Ismail juga.
  • Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran.
  • Bisa berniat sendiri jika tawaf tidak dilakukan waktu ibadah haji dan umroh.

Sunnah Tawaf

Selain melakukan hal yang wajib, jamaah harus mengerjakan hal-hal yang sunnah, karena ada yang berpendapat bahwa perkara sunnah merupakan penyempurna perkara yang wajib. Berikut sunnah tawaf yang bisa jamaah kerjakan ketika melakukan tawaf ifadah:

  • Memegang dan mencium Hajar Aswad jika memungkinkan, serta meletakkan jidat pada permulaan tawaf. Namun tidak dianjurkan dikerjakan oleh perempuan. Jika dirasa tidak bisa diganti dengan isyarat dengan tangan kanan.
  • Berjalan cepat pada putaran pertama hingga ketiga tapi tidak berlompat dan berjalan seperti biasa pada putaran selanjutnya.
  • Melakukan idhthiba’ bagi laki-laki, idhthiba’ iyalah meletakkan selendang di bawah bahu kanan terus ujungnya diletakkan di bahu sebelah kiri hingga menutupinya. Yang intinya bahu kanan terbuka sedangkan bahu sebelah kiri tertutup.
  • Mendekat di sekitar ka’bah untuk laki-laki  jika memungkinkan, sedangkan untuk perempuan dianjurkan untuk agak menjauh.
  • Disunnahkan menyentuh Ar-Ruknul Yamani tanpa harus mencium, jika tidak, bisa diganti berisyarat dengan melambaikan tangan.
8 Tips agar Tidak Tersesat selama Haji

8 Tips agar Tidak Tersesat selama Haji

Beribadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang dilakukan oleh umat Muslim setidaknya sekali seumur hidup. Perjalanan haji ke Tanah Suci Mekah dan Madinah membutuhkan persiapan yang matang agar dapat beribadah dengan lancar dan khusyuk. 

Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana menghindari tersesat selama melaksanakan ibadah haji. Berikut ini adalah beberapa tips agar tidak tersesat selama beribadah haji:

1# Mempelajari Rute dan Petunjuk

Sebelum berangkat ke Tanah Suci, penting bagi jamaah haji untuk mempelajari rute perjalanan dan petunjuk-petunjuk penting. Biasanya, panitia haji akan memberikan informasi rinci mengenai rute perjalanan, tempat-tempat ibadah yang akan dikunjungi, serta tata cara pelaksanaan ibadah. Mempelajari rute dan petunjuk ini akan membantu jamaah haji untuk menghindari kesesatan dan tetap berada pada jalur yang benar.

Baca juga: Mengenal Sa’i Dalam Haji dan Umroh

2# Membawa Tanda Pengenal

Selama beribadah haji, menggunakan tanda pengenal seperti gelang atau kalung dengan tulisan identitas atau nomor kontak dapat sangat membantu dalam mengidentifikasi jamaah haji jika terjadi kehilangan atau tersesat. 

Tanda pengenal ini akan memudahkan orang lain untuk membantu mengarahkan atau menghubungi keluarga atau kelompok jamaah haji jika terpisah.

3# Menjaga Komunikasi

Selama perjalanan haji, penting untuk selalu menjaga komunikasi dengan anggota keluarga atau rombongan haji lainnya. Pastikan untuk saling bertukar nomor kontak dan menentukan tempat pertemuan jika terjadi pemisahan atau tersesat. Selain itu, sebaiknya beribadah dalam kelompok yang telah ditentukan. Dengan menjaga komunikasi dan berkumpul bersama kelompok, akan lebih mudah untuk menghindari kesesatan.

4# Membawa Kartu Hotel

Membawa kartu hotel sangat penting untuk jamaah haji ketika pergi, karena didalam kartu hotel terdapat alamat hotel. Terutama jamaah yang lansia dianjurkan membawa kartu hotel. Meskipun sudah melakukan pengenalan lokasi hotel (seberapa jauh dari masjidil haram dan bangunan sekitar). 

5# Menggunakan Aplikasi Navigasi

Dalam era teknologi saat ini, banyak aplikasi navigasi yang dapat digunakan untuk membantu jamaah haji agar tidak tersesat, seperti Google Maps dan aplikasi navigasi lainya.Beberapa aplikasi tersebut menyediakan peta digital, petunjuk arah, serta informasi penting tentang tempat-tempat ibadah dan fasilitas umum di sekitar. Menggunakan aplikasi navigasi ini dapat menjadi panduan yang praktis selama beribadah haji.

6# Jangan pergi sendirian 

Jika ingin keluar hotel lebih baik jangan keluar sendiri baik lansia ataupun perempuan, bukan hanya takut tersesat namun demi keamanan juga. Lebih baik mengajak teman rombongan jika ingin pergi kemana saja agar lebih aman.

7# Lapor kepada ketua rombongan 

Jamaah jika ingin keluar dari hotel sendiri alangkah baiknya lapor kepada ketua rombongan. Tips ini sepele namun cukup penting agar menghindari tersesat. 

8# Tetap Tenang dan Sabar

Terakhir, tetap tenang dan sabar merupakan kunci utama dalam menghadapi situasi tersesat. Panik dan stres hanya akan mempersulit proses mencari jalan keluar. Berusahalah untuk tetap tenang, melaksanakan ibadah dengan khusyuk, dan mengandalkan Allah SWT dalam setiap langkah perjalanan haji. Ingatlah bahwa perjalanan haji adalah ibadah yang penuh berkah, dan setiap tantangan yang dihadapi adalah kesempatan untuk mendapatkan pengampunan dan keberkahan.

Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan jamaah haji dapat terhindar dari tersesat dan menjalani ibadah haji dengan tenang dan lancar. Perjalanan haji merupakan momen berharga yang tidak boleh terlewatkan dengan kesulitan-kesulitan yang tidak penting. Semoga perjalanan ibadah haji menjadi pengalaman yang bermakna dan penuh berkah bagi setiap jamaah yang melaksanakannya. Wallahu a’lam.

Mengenal Sa’i Dalam Haji dan Umroh

Mengenal Sa’i Dalam Haji dan Umroh

Haji merupakan salah satu acara paling penting dalam kalender Islam. Ini adalah kewajiban wajib bagi semua orang Muslim yang mampu secara fisik dan finansial untuk melakukannya setidaknya sekali dalam hidup mereka. 

Haji melibatkan serangkaian ritual dan praktik yang melambangkan hubungan yang dalam antara umat Muslim dengan Sang Pencipta. Rukun Haji adalah serangkaian ritual yang harus dilakukan setiap jamaah haji selama perjalanan haji.

Rukun haji adalah serangkaian tindakan ritual yang harus dilakukan oleh setiap jamaah haji yang melakukan ibadah haji di Makkah. Rukun haji terdiri dari enam hal yang wajib dilakukan, yaitu ihram, wukuf di Arafah, tawaf, sa’i, tahallul dan tertib. 

Baca juga: Pengertian Tawaf Wada’ Dalam Umroh dan Haji

Setiap rukun haji memiliki makna dan nilai yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, sehingga setiap jamaah haji diharapkan untuk melaksanakannya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

Salah satu rukun haji dan umroh adalah sa’i, yang dimaksud sa’i adalah berjalan tujuh kali antara bukit Shafa dan bukit Marwah yang disebut Sa’i. Tidak ada doa yang diwajibkan di dalam Sa’i jadi jama’ah bisa memanjatkan doa yang di inginkan. 

Syarat sa’i iyalah memulai dari bukit Shafa dan mengakhiri di bukit Marwah, berjalan dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali dan dari Marwah ke bukit Shafa dihitung satu kali juga.

Hukum Sa’i Dalam Umroh dan Haji

Banyak pendapat untuk rukun satu ini, menurut Imam Maliki, Imam Hambali dan Imam Syafi’i termasuk dalam rukun haji dan umroh yang jika ditinggalkan maka haji dan umroh tidak sah. Imam Hanafi berpendapat sa’i termasuk dalam wajib haji, jika ditinggalkan maka jamaah harus membayar denda atau dam.

Syarat Sa’i 

  • Didahului dengan thawaf; 
  • Dimulai dari bukit safa dan berakhir di bukit Marwah; 
  • Menyempurnakan tujuh kali perjalanan dari bukit Shafa ke bukit Marwah dan sebaliknya dihitung satu kali perjalanan; 
  • Dilaksanakan di tempat Sa’i

Hikmah Sa’i 

Mengikuti jejak Nabi Ibrahim, Sa’i merupakan bagian dari ibadah haji dan umrah yang dilakukan untuk mengenang perjuangan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Dalam sejarah Islam, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan istrinya dan putranya, Ismail, di lembah Makkah yang kering. Dalam pencarian air, Siti Hajar berlari antara bukit Safa dan Marwah tujuh kali. Sa’i adalah cara untuk mengikuti jejak mereka dan menghormati perjuangan dan ketabahan mereka.

Sa’i merupakan simbol pengorbanan dan kesabaran, melalui sa’i, umat Muslim diajarkan nilai-nilai pengorbanan dan kesabaran. Sa’i melibatkan perjalanan berulang kali antara Safa dan Marwah yang melambangkan ketabahan dan keteguhan dalam mencari sesuatu yang diinginkan. Ini mengajarkan kita untuk tidak menyerah dalam menghadapi rintangan dan tantangan hidup, serta untuk terus berusaha dengan penuh kesabaran dan keyakinan.

Peningkatan ketaqwaan dan kesadaran spiritual, sa’i adalah salah satu aspek ibadah yang memperkuat ketakwaan dan kesadaran spiritual seseorang. Ketika seseorang berlari antara Safa dan Marwah, itu menjadi momen introspeksi dan refleksi diri. Sa’i mengingatkan kita akan sifat fana dunia ini dan pentingnya mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Dalam prosesnya, umat Muslim dapat merenungkan hubungan mereka dengan Tuhan dan berupaya untuk menjadi hamba yang lebih baik.

Pengertian Tawaf Wada’ Dalam Umroh dan Haji

Pengertian Tawaf Wada’ Dalam Umroh dan Haji

Tawaf wada adalah – Salah satu dari beberapa rangkaian rukun ibadah haji dan ibadah umroh adalah tawaf dan salah satunya adalah tawaf wada.

Thawaf adalah mengelilingi ka’bah tujuh kali, dimulai dan diakhiri di Hajar aswad, serta memposisikan ka’bah di sebelah kiri saat bertawaf.

Dianjurkan untuk mengusap Hajar Aswad, jika tidak bisa maka jama’ah dapat memberikan isyarat berupa melambaikan tangan, serta disunnahkan sholat sunnah 2 rakaat setelah melakukan thawaf.

Tawaf sendiri memiliki beberapa jenis, ada yang berpendapat 4 dan ada juga yang berpendapat 5, dilansir dari tuntunan manasik haji dan umroh dari Kemenag tawaf ada 5 jenis, tawaf rukun, tawaf qudum, tawaf wada’, tawaf sunnah dan tawaf nazar.

Yang pertama ada tawaf rukun atau yang biasa disebut tawaf ifadah, tawaf ifadah adalah tawaf rukun haji dan juga disebut tawaf rukun umrah. 

Yang kedua Tawaf qudum atau tawaf penghormatan kepada Baitullah, yang biasanya dikerjakan ketika baru sampai tiba di kota Mekkah, hukum tawaf qudum adalah sunnah. Biasanya tawaf ini dikerjakan haji ifrad dan haji qiran.

Yang ketiga tawaf sunnah Tawaf adalah tawaf yang dikerjakan dalam setiap kesempatan masuk ke Masjidil Haram dan tidak diikuti dengan sa’i. Karena dikerjakan dengan sukarela tawaf ini biasanya disebut tawaf tathawwu atau sukarela.Yang keempat tawaf nazar, wajib dikerjakan dan waktunya kapan saja. Dan yang terakhir tawaf wada’.

Baca Juga: Urutan Yang Benar Dalam Menunaikan Rukun Umrah, Mencukur Salah Satunya

Tawaf Wada Adalah

Tawaf wada’ atau tawaf perpisahan, yakni tawaf yang dikerjakan ketika jamaah ingin meninggalkan kota Mekkah. Tawaf ini menjadi amalan terakhir untuk ibadah haji dan umroh. Sedangkan untuk proses pelaksanaanya tidak jauh beda dengan tawaf pada umumnya. Yaitu mengelilingi Baitullah sebanyak 7 kali.

Dari  Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah di Baitullah (dengan thawaf wada’) kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita haidh.” (HR. Bukhari no. 1755 dan Muslim no. 1328).

Tawaf Wada Umrah Hukumnya

Ada perbedaan pendapat untuk hukum tawaf wada’, menurut Imam Ahmad, Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hukum tawaf wada’ wajib bagi jamaah haji yang akan meninggalkan kota mekkah. Jika ditinggalkan maka wajib membayar dam satu ekor kambing.

Sedangkan untuk wanita yang haid dan nifas tidak diwajibkan untuk tawaf wada’, penghormatan kepada Baitullah cukup diganti dengan berdoa didepan gerbang Masjidil Al-Haram.

Selain itu Imam Malik, Dawud, dan Ibnu Mundzir berpendapat tawaf wada’ hukumnya sunnah. Jika ditinggalkan maka tidak harus membayar dam.

Syarat Sah Tawaf Wada

Untuk melaksanakan tawaf jamaah harus memenuhi syarat sah tawaf, jika ditinggalkan maka tawaf jamaah akan dihukumi tidak sah, berikut syarat sah tawaf:

  • Suci dari hadats kecil dan besar dan najis;
  • Menutup aurat;
  • Tawaf dikerjakan harus di dalam Masjidil Haram, juga termasuk di lantai dua, tiga, atau empat, meskipun saat melakukan melebihi ketinggian dari ka’bah.
  • Tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula.
  • Posisi Ka’bah harus berada di sebelah kiri.
  • Waktu mengelilingi harus di luar Ka’bah, di luar Hijir Ismail juga.
  • Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran.
  • Bisa berniat sendiri jika tawaf tidak dilakukan waktu ibadah haji dan umroh.

Sunnah Tawaf Wada

Selain melakukan hal yang wajib, jamaah harus mengerjakan hal-hal yang sunnah, karena ada yang berpendapat bahwa perkara sunnah merupakan penyempurna perkara yang wajib. Berikut sunnah tawaf yang bisa jamaah kerjakan ketika melakukan tawaf ifadah:

  • Memegang dan mencium Hajar Aswad jika memungkinkan, serta meletakkan jidat pada permulaan tawaf. Namun tidak dianjurkan dikerjakan oleh perempuan. Jika dirasa tidak bisa diganti dengan isyarat dengan tangan kanan.
  • Berjalan cepat pada putaran pertama hingga ketiga tapi tidak berlompat dan berjalan seperti biasa pada putaran selanjutnya.
  • Melakukan idhthiba’ bagi laki-laki, idhthiba’ iyalah meletakkan selendang di bawah bahu kanan terus ujungnya diletakkan di bahu sebelah kiri hingga menutupinya. Yang intinya bahu kanan terbuka sedangkan bahu sebelah kiri tertutup.
  • Mendekat di sekitar ka’bah untuk laki-laki  jika memungkinkan, sedangkan untuk perempuan dianjurkan untuk agak menjauh.
  • Disunnahkan menyentuh Ar-Ruknul Yamani tanpa harus mencium, jika tidak, bisa diganti berisyarat dengan melambaikan tangan.
Macam-Macam Haji dan Pengertiannya

Macam-Macam Haji dan Pengertiannya

Haji, perjalanan suci yang dilakukan oleh umat Islam ke Mekah, merupakan momen yang penuh makna dan kebahagiaan. Setiap tahunnya, jutaan orang dari berbagai penjuru dunia memadati kota suci tersebut untuk menunaikan ibadah yang diwajibkan oleh Allah. Haji memiliki banyak keutamaan, seperti hadis berikut ini:

أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ 

Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Umrah ke umrah merupakan kafarat (dosa) diantara keduanya. Sedangkan haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga,’” (HR Malik, Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Al-Asbihani).

Hadits diatas menyebut salah satu dari sekian banyak keutamaan haji, tidak tanggung tanggung jika ada seorang muslim mendapatkan haji yang mabrur maka surga menjadi hadiahnya. 

Baca juga: Pengertian Tahallul dan Macam-Macamnya

Macam-Macam Haji dan Pengertiannya

Haji merupakan salah satu ibadah membutuhkan fisik dan mental yang banyak, mengingat rangkaian ibadah haji cukup melelahkan dan memerlukan dana yang banyak pula. Jika dilihat dari pelaksanaanya haji akan terbagi menjadi 3 haji ifrad, haji tamattu’ dan haji qiran. Berikut penjelas lebih lengkapnya:

1. Haji Ifrad

Secara bahasa Ifrad memiliki arti menyendiri. Haji Ifrad merupakan salah satu jenis haji yang dilakukan secara mandiri. Pada jenis haji ini, jamaah hanya menunaikan ibadah haji saja tanpa menyertakan umrah. 

Jamaah yang melakukan haji ifrad tidak dikenakan dam. Pelaksanaanya jamaah menunaikan ibadah haji terlebih dahulu (di bulan haji) lalu melakukan umroh di luar bulan haji. Jamaah diharuskan untuk mengambil ihram kembali untuk melaksanakan umroh.

2. Haji Tamattu

Kata tamattu’ yang memiliki arti bersenang-senang. Haji tamattu’ adalah jamaah melaksanakan umroh terlebih dahulu pada bulan haji, kemudian berihram untuk melakukan ibadah haji. 

Jamaah melakukan umroh pada bulan haji, setelah melakukan serangkaian rukun umroh hingga tahallul maka jamaah bisa melepaskan ihram dan melakukan. Lalu pada tanggal 8 Dzulhijjah melaksanakan ihram kembali untuk melaksanakan haji secara sempurna. Jika melakukan haji jenis ini jamaah akan dikenakan dam.

3. Haji Qiran

Kata qiran yang memiliki arti bersamaan, jadi melaksanakn ibadah haji bersamaan dengan ibadah umroh. Haji Qiran merupakan gabungan antara umrah dan haji dalam satu perjalanan tanpa melepas ihram. Setelah menunaikan umrah, jamaah tetap berada dalam keadaan ihram untuk langsung melanjutkan haji. Namun tetap jamaah yang melaksanakan haji qiran akan dikenakan dam.